Sabtu, 26 November 2011

Proposal Kerja Praktek

BAB I
PENGANTAR

    Latar Belakang
Di era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini, banyak persaingan yang timbul baik di lingkungan masyarakat ataupun dalam dunia kerja. Maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu bersaing untuk menghadapi tantangan yang semakin berkembang setiap harinya, sehingga diperlukan adanya persiapan sedini mungkin. Mahasiswa yang merupakan salah satu sumber daya manusia yang mempunyai tanggung jawab besar di masa yang akan datang, harus bisa mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan yaitu dengan melakukan Kerja Praktek (KP)
Dengan Kerja Praktek ini diharapkan agar mahasiswa mengetahui secara pasti gambaran mengenai dunia kerja dan bagaimana cara prakteknya di lapangan. Selain itu agar mahasiswa memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru yang belum pernah diperoleh dari perkuliahan sehingga  ilmu itu nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dan bekal untuk terjun langsung ke lapangan pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya.
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Yogyakarta merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di bidang pelayanan kesehatan lingkungan. Hal ini membuat penulis tertarik untuk melakukan praktek kerja di instansi tersebut karena berkesinambungan dengan disiplin ilmu biologi yang penulis pelajari. BBTKL-PPM berada di lingkup Departemen Kesehatan RI dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Kesehatan Linkungan. BBTKL-PPM Yogyakarta bertugas untuk melaksanakan beberapa pemeriksaan spesimen kesehatan lingkungan, diantaranya ialah: melaksanakan surveillance epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model, teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB di bidang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan mata.
Lingkungan air, lingkungan fisik padat serta udara merupakan sumber permasalahan kesehatan yang berbasis lingkungan. Permasalahan yang timbul dari ketiganya semakin hari dapat semakin meningkat dengan seiring berkembangnya aktifitas masyarakat dan pembangunan nasional di sektor industri. Oleh karena itu, untuk dapat menghadapi, menangani serta mencegah permasalahan yang timbul dalam kesehatan lingkungan ini diperlukan adanya kemampuan untuk mengamati, menganalisis, mengawasi serta melakukan perbaikan kualitas terhadap lingkungan dan penyebab kerusakannya. Maka diperlukan sarana dan infrastruktur yang lengkap dan memadai serta sumber daya, baik sumber daya manusia yang berkualitas dan sumber daya ilmu dan teknologi.
Untuk analisis lingkungan air yang dilakukan adalah uji bakteriologi air limbah, uji makanan, maupun air minum. Uji yang dilakukan dengan menggunakan metode tidak langsung yaitu MPN (Most Probable Number). Penulis akan menitikberatkan penelitian Kerja Praktek ini pada Uji bakteriologi air limbah dengan metode tersebut. Kerja Praktek akan dilakukan di BBTK-PPM Yogyakarta dengan alamat Jalan Wiyoro Lor No.21 Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55197. Kerja Praktek akan dilakukan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 25 Juli 2011 sampai dengan 5 Agustus 2011.  

B.  Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut dapat diangkat masalah tentang kelayakan air limbah yang diperiksa di instansi BBTKL-PPM Yogyakarta, apakah cukup aman jika air limbah tersebut mencapai pemukiman penduduk dan tidak mencemari lingkungan yang ada.
C.  Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek di BBTKL-PPM Yogyakarta ini adalah unutk menguji kelayakan air limbah yang diperiksa pada instansi tersebut jika air limbah itu sampai di pemukiman penduduk.
D.  Cakupan Kajian
Kerja Praktek akan dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Yogyakarta selama 2 minggu, yaitu tanggal 25 Juli 2011 sampai 5 Agustus 2011 selama jam aktif.


E.  Manfaat
Setelah melaksanakan Kerja Praktek ini, penulis dapat mengetahui dan mempelajari proses pengujian mutu air limbah dengan menggunakan metode MPN (Most Probable Number) yang ada di BBTKL-PPM Yogyakarta.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Sejarah Perkembangan BBTKL-PPM Yogyakarta
Balai Besar Teknik Kesehatan  Lingkungan  dan Pemberantasan Penyakit Menular adalah UPT (Unit Pelaksana Teknis) di bidang teknik kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit menular di lingkungan Departemen Kesehatan di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP-PL).
Sejarah singkat riwayat berdirinya Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Yogyakarta adalah pada waktu zaman penjajahan Belanda ada suatu badan yang bernama Dienst Voor De Gezondheid yang mempunyai bagian yang disebut Technisch Gezondheid Warken. Technisch Gezondheid Warken bertugas untuk:
    Melakukan pembangunan penyediaan air minum pada umumnya dari beraneka sumber air.
    Mengadakan pengawasan kualitas produksi minuman.
Pada tahun 1920 oleh Dienst Voor De Volks Gezondheid didirikan Proesfstation Voor Rivier Water Zuivering Voor Drink Water di Manggarai Jakarta di bawah pimpinan Prof. Dr. Ir. C. P. Mom yang bertugas melakukan penyelidikan pengolahan air sungai. Pada tanggal 1 januari 1935 dari Manggarai Jakarta, Proefstation dipindahkan ke Bandung dan namanya diganti menjadi Laboratorium Voor Technische Hygiene & Drink Water Voorzeining yang bekerjasama dengan Technische Hoog School (THS/sekarang ITB) dimana Prof. Dr. Ir. C.p. mom menjadi guru besar THS.
Dari tahun 1943-1945, pada zaman pendudukan Jepang laboratorium dipimpin oleh Ir. Yuna bernaung dibawah Kementerian Pengajaran yang bekerja sama dengan STT (Kementerian Kesehatan tidak ada). Pada tanggal 17 Agustus 1945 setelah Indonesia merdeka, Laboratorium diberi nama Laboratorium Kesehatan Teknik sebagai pimpinannya ditunjuk Bapak Kahar. Laboratorium ini tetap bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Teknik dengan direktur Prof. Ir. Rooseno.
Pada tahun 1951 Laboratorium Ilmu Kesehatan Teknik di Bandung menjadi Lembaga Kesehatan Teknik di Bandung tetap sebagai Laboratorium Ilmu kesehatan Teknik Bandung, Kementerian Kesehatan. Pada tahun 1953 Laboratorium Kesehatan Yogyakarta menjadi Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik Bandung cabang Yogyakarta.
Pada tahun 1964 Lembaga Ilmu kesehatan Teknik Bandung diserahkan ke ITB oleh Kementerian Kesehatan. Tahun 1967 Lembaga ilmu Kesehatan Teknik Bandung cabang Yogyakarta  menjadi Laboratorium Kesehatan Teknik Yogyakarta langsung dibawah Departemen Kesehatan Jakarta. Pada 1978 Laboratorium Kesehatan Teknik menjadi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dengan  SK Menteri Kesehatan RI No.143/Men.Kes/SK/IV/1978.

B.  Air Limbah
Air limbah adalah sekumpulan air bekas yang telah digunakan oleh individu maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan asal penggunanya, air limbah dibedakan menjadi air limbah domestik yang berasal dari limbah rumah tangga, air limbah industri yang berasal dari pabrik, dan air tanah maupun air permukaan yang masuk ke dalam sistem pembuangan. Ada tiga macam sistem saluran pembuangan yaitu saluran pembuangan banjir untuk mengalirkan air permukaan dan banjir, saluran pembuangan sanitasi untuk limbah industri maupun domestik, dan sistem saluran tunggal (Ramalho, 1977)
Air limbah lebih dari 90% bagiannya berupa air dan bahan padat yang tersuspensikan di dalamnya sangat kecil sehingga dinyatakan dalam satuan ppm (parts per million). Secara umum mikrobia yang ada pada air limbah adalah cendawan, algae, protozoa, bakteri, dan virus. Air limbah yang masih belum dimurnikan mengandung jutaan bakteri per mililiter termasuk basilus anaerob pembentuk spora, streptococcus, dan koliform dan berbagi tipe lain yang bersal dari pencernaan manusia. Selain itu ada bakteri besi seperti Sphaerotilus yang mampu mengoksidasi  Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga warna air berubah. Kemudian adanya bau busuk pada air yang dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri belerang seperi Chromatorium (Pelczar dan Chan, 2005)
Air limbah tidak dapat dibuang tanpa diberi perlakuan yang tepat terlebih dahulu. Perlakuan yang kurang tepat dan kurang sempurna dapat mengakibatkan kemungkinan penyebaran mikrobia patogenik,kontaminasi bahan pangan, kontaminasi air konsumsi makhluk hidup, populasi makhluk hidup air berkurang, dan habisnya suplai oksigen dalam air karena adanya zat organik maupun anorganikyang tidak stabil dalam air limbah sehingga mematikan kehidupan dalam air tersebut.
Limbah berupa protein dan senyawa nitrogen lain, dengan bantuan mikrobia dan enzim akan diubah menjadi asam amino, amonia, nitrogen dan berbagai produk turunannya dalam keadaan anaerob sedangkan dalam keadaan aerob akan diubah menjadi alkohol, asam organik, nitrat, dan produk turunannya. Limbah karbohidrat dan lemak dalam peruraiannya dapat diubah menjadi asam lemak atau alkohol, baik dalam keadaan aerob maupun anaerob (Burrow,1964)

C.  Metode MPN (Most Probable Number)
Salah satu metode perhitungan bakteri adalah dengan menggunakan metode MPN. Metode ini adalah salah satu cara penghitungan mikrobia secara tidak langsung dan  menggunakan media cair di dalam tabung reaksi. Meskipun demikian, metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui sampel padat dengan membuat suspensinya dalam media cair dengan dilarutkan di aquades atau air garam steril atau menggunakan quarter strength ringer solution. Pengujian dengan menggunakan metode MPN bersifat pengujian kuantitatif. Perhitungan dengan menggunakan metode ini berdasarkan jumlah tabung reaksi yang menunjukkan hasil reaksi positif,yaitu adanya mikrobia yang tumbuh setelah masa inkubasi. Pada uji, ada bakteri yang mampu menghasilkan gas dan kemampuan menghasilkan gas tersebut dapat digunakan sebagai cara identifikasi sehingga digunakan tabung durham untuk menangkap gas yang dihasilkan bakteri tersebut. Pada setiap pengenceran digunakan tiga sampai lima seri tabung. Dengan menggunakan metode ini, baik bakteri aerob maupun anaerob dapat diuji dengan memberikan reaksi positif berupa perubahan warna dapat berupa kekeruhan dan sebagian menghasilkan gas (Waluyo,2005)
Ada tiga macam cara yang dapat digunakan untuk penghitungan dengan menggunakan metode MPN ini. Cara pertama digunakan untuk sampel yang telah diolah dan diperkirakan mikrobia yang tersuspensi didalamnya jumlahnya rendah, kemudian cara kedua yang digunakan untuk sampel yang belum diolah dan diperkirakan jumlah mikrobianya tinggi, dan cara ketiga yang digunakan sebagia alternatif cara kedua jika tabung yang digunakan untuk uji terbatas. Cara pertama, perlakuan satu berupa 5 tabung reaksi dengan masing-masing sampel 10 mL, perlakuan dua berupa 1 tabung dengan 1 mL sampel, perlakuan tiga berupa 1 tabung reaksi dengan 0,1 mL. Cara kedua,  perlakuan satu berupa 5 tabung reaksi dengan masing-masing sampel 10 mL, perlakuan dua berupa 5 tabung reaksi dengan masing-masing sampel 1 mL, dan perlakuan 3 berupa 5 tabung reaksi dengan masing-masing sampel 0,1 mL. Cara ketiga, perlakuan satu berupa 3 tabung reaksi dengan masing-masing sampel 10 mL, perlakuan dua berupa 3 tabung reaksi dengan masing-masing sampel 1 mL, dan perlakuan tiga berupa 3 tabung reaksi dengan masing-masing sampel 0,1 mL (Soemarno,2000).
Untuk menghitung MPN sampel, digunakan tabel MPN yang dicocokkan dengan jumlah sampel dalam tabung reaksi yang menghasilkan reaksi positif. Hasil yang ditunjukkan tersebut dibedakan pada tiap perlakuan pengenceran kemudian dikombinasikan untuk diketahui nilainya dengan menggunakan tabel MPN atau tabel HOSKINS. Setelah didapatkan nilai dalam tabel MPN, nilai tersebut dibagi dengan pengenceran tabung tengah, sehingga didapatkan jumlah mikrobia yang diperkirakan mendekati jumlah sesungguhnya.

MPN sampel=  (nilai  MPN dalam tabel)/(pengenceran tabung tengah)


BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Waktu Penelitian
Kerja Praktek dilakukan di BBTKL-PPM Yogyakarta (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular yang terletak di Jalan Wiyoro Lor No.21 Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55197. Kerja Praktek akan dilakukan selama 2 minggu yaitu pada tanggal 25 Juli 2011 sampai dengan 5 Agustus 2011.  
B.  Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sampel air limbah, botol tempat sampel, laktosa cair, tabung reaksi, media perkembangbiakan, rak tabung reaksi, tabung durham, dan sebagainya.
C.  Cara Kerja
Pada penelitian ini sampel air limbah yang diteliti diambil secara aseptis dengan menggunakan botol steril bertutup gelas. Sampel diambil ditempat mengalir, dan botol dimasukkan di dalamnya sekitar 30 cm dalam keadaan terbalik lalu dibalik ke kedudukan mulut botol menghadap atas, diangkat, dan ditutup rapat.  Kemudian dilakukan uji dengan menggunakan salah satu dari tiga cara metode MPN.
Cara I :5x10 mL, 1x1 mL, 1x0,1 mL
    Sampel diinokulasikan secara aseptis pada:
    5 tabung (LB) laktosa broth triple strength masing-masing 10 mL
    1 tabung LB triple strength sebanyak 1 mL
    1 tabung LB triple strength sebanyak 0,1 mL
Kemudian dimasukkan dalam inkubator 370C dan diinkubasi selama 48 jam.
    Hasil positif uji dengan menggunakan laktosa broth dengan ditunjukkan adanya gas, diinokulasikan dalam Brillian Green Lactose Bile Broth (BGLB) dan diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 370C. untuk mendapatkan hasil MPN koliform, digunakan table HOSKINS pada hasil positif inokulasi di media BGLB. Kemudian hasil positif  BGLB diinokulasikan  di Mac Conkey agar atau Endo agar atau Eosin Methyleen Blue agar atau Tergitol 7 agar plate dan dinkubasikan selama 24 jam dalam suhu 370C.
    Koloni yang diperkiran adalah E.coli diinokulasikan secara aseptis di SIM/MIO/MIU dan Simmon’s citrate serta TSI agar dan diinkubasi selam 24 jam dengan suhu 370C. kemudian diamati dan dicatat hasil pada media SIM, TSI dan Simmon’s citrate yang menunjukkan positif terdapat E.coli atau tidak.
Cara II: 5x10 mL, 5x1 mL, 5x0,1 mL
    Sampel diinokulasikan secara aseptis pada:
    5 tabung LB triple strength masing-masing sebanyak 10 mL
    5 tabung LB single strength masing-masing sebanyak 1 mL
    5 tabung LB single strength masing-masing sebanyak 0,1 mL
Kemudian diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 370C.
    Hasil dari uji sampel yang positif dengan menggunakan media LB, diuji kembali dengan menggunakan media BGLB dengan dua perlakuan, yaitu sampel diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 370C  untuk perlakuan koliform dan perlakuan kedua, koliform tinja adalah sampel diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 44-44,50C.
    Hasil yang diperoleh kemudian dicari di table MPN untuk didapatkan index MPN koliform dan koliform tinja.
Cara III: 3x10 mL, 3x1 mL, 3x0,1 mL
     Sampel diinokulasikan secara aseptis pada:
    3 tabung LB triple strength masing-masing sebanyak 10 mL
    3 tabung LB single strength masing-masing sebanyak 1 mL
    3 tabung LB single strength masing-masing sebanyak 0,1 mL
Kemudian diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 370C.
     Hasil dari uji sampel yang positif dengan menggunakan media LB, diuji  kembali dengan menggunakan media BGLB dengan dua perlakuan, yaitu sampel diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 370C  untuk perlakuan koliform dan perlakuan kedua, koliform tinja adalah sampel diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 44-44,50C.
    Hasil yang diperoleh kemudian dicari di table MPN untuk didapatkan index MPN koliform dan koliform tinja.

DAFTAR PUSTAKA
Burrow, W. 1964. A Textbook of Microbiology. 8th edit. W.B. Saunders Company. London
Pelczar,M.J. dan Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press.Jakarta
Ramalho, R.S. 1977. Introduction to Wastewater Treatment Processes. Academic. New York
Soemarno.2005. Akademi Analis Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Yogyakarta
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. Edisi kedua. UMM Press. Malang

Tidak ada komentar: